Mitos Digital Marketing Yang Sering Ditemui. Mudahnya mendapatkan informasi di era digital ini membuat kita sebagai internet user harus lebih kritis ketika mencari informasi apapun, baik itu berita maupun informasi dan pengetahuan. Kali ini kami akan membahas secara khusus mengenai mitos digital marketing yang seringkali menyesatkan.
Rendahnya barrier to entry pada dunia digital marketing memungkinkan setiap orang yang memiliki laptop dan koneksi internet untuk mengklaim dirinya sebagai “Digital Marketing Guru”. Pada artikel ini kami akan menjabarkan beberapa mitos seputar digital marketing beserta penjelasan logis berdasarkan riset dan pengalaman kami.
Mitos #1 – Digital Marketing Mudah dan Cepat Menghasilkan ROI
Inilah miskonsepsi yang paling sering kami dengar dari klien maupun calon klien kami. Banyak orang yang berpikir bahwa digital marketing adalah cara singkat dan cepat untuk meningkatkan penjualan/omset mereka.
Seringkali mereka lupa bahwa digital marketing dan traditional marketing memiliki konsep yang sama, yaitu harus ada tahapan yang dilalui. Beberapa hal yang sering dilupakan diantaranya: membangun brand awareness, problem awareness, dan trial purchase.
PPC, Social Media Marketing, dan SEO
Banyak juga yang berpikir bahwa iklan PPC, Social Media Marketing, dan SEO akan mendatangkan hasil yang instant, jika mereka mengeluarkan uang sebanyak X maka mereka akan mendapatkan return sebanyak 3X ataupun 4X.
Kenyataannya adalah setiap bisnis dan brand tidak dapat dipukul rata. Hasil dari investasi mereka melalui digital marketing akan berbeda karena banyak variable yang berbeda, seperti: brand & product life cycle, target market, price, Customer Lifetime Value (CLV), tipe & manfaat product, dan masih banyak lainnya.
Sebagai contoh: Brand A yang menjual vitamin akan membutuhkan waktu yang relatif lebih panjang untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas dibanding Brand B yang menjual baju.
*Tentu saja budget yang akan dikeluarkan akan berdampak terhadap cepat atau lambatnya serta skala ketika melakukan proses branding. Contoh tersebut kita ambil dengan permisalan bahwa keduanya memiliki budget digital marketing yang sama.
SEO Membutuhkan Waktu & Keahlian
SEO yang merupakan salah satu komponen penting dalam digital marketing membutuhkan waktu untuk membuat content planning & strategy serta membuat content itu sendiri. Selain proses tersebut, SEO (white hat SEO) sendiri membutuhkan waktu 3-6 bulan untuk menaikkan ranking website, halaman, maupun kata kunci.
SEO sendiri membutuhkan pemahaman yang mendalam dari segi teknis hingga ke product knowledge, dan mewajibkan mereka para praktisi SEO untuk terus up to date dengan perkembangan algoritma yang kerap berubah setiap waktu.
Bayangkan saja jika Anda menjual Vitamin E, dan Anda ingin membidik keyword Vitamin E; pastinya ada ratusan bahkan ribuan brand lainnya yang membidik keyword tersebut. Secara tidak langsung, Anda berkompetisi dengan sebegitu banyaknya brand lain yang juga ingin produk mereka muncul di halaman pertama search engine.
Social Media Marketing
Menggunakan Social Media sebagai salah satu channel marketing untuk membangun brand awareness, trust, dan credibility yang baik dimata konsumen juga memerlukan waktu, effort, dan uang.
Selain itu, pemilihan content yang tepat juga akan menentukan online campaign sebuah brand ketika menjalankan Social Media Marketing. Content yang tepat adalah content yang tidak hanya mementingkan estetika semata-mata, namun juga memiliki makna dan tujuan yang terarah.
Banyak sekali brand yang mementingkan “kecantikan” dari feed Instagram mereka, namun mengesampingkan pesan dan tujuan dari mengaktivasi social media account mereka.
Jika Anda masih berpikir bahwa digital marketing dapat memberikan return yang instant, bersiaplah dikecewakan oleh ekspektasi Anda!
Mitos #2 – Digital Marketing itu Murah
Jika Anda sanggup membuat content untuk Social Media dan SEO sendiri, maka digital marketing dapat tergolong murah bahkan gratis. Namun jangan salah, setelah content tersebut rampung, Anda pun harus melakukan aktivitas marketing untuk menyebarkan content yang sudah dibuat melalui Social Media Marketing, Influencers Marketing, SEM, Youtube Ads, dan lainnya.
Tentu saja ada beberapa cara gratis yang dapat Anda jalankan seperti menyebarkan content melalui Line, WhatsApp, LinkedIn, Instagram, Facebook, dan platform lainnya.
Namun, cara ini memakan waktu yang sangat lama dibandingkan dengan melakukan Paid Marketing seperti Google Ads, Youtube Ads, Facebook Ads, Instagram Ads, Influencer Marketing, Media Buying, PR Marketing, Content Placement, dan lainnya.
Digital marketing memang relatif lebih murah dibanding dengan traditional marketing, namun bukan berarti Anda bisa mendapatkan hasil yang sama jika Anda hanya mengeluarkan digital marketing budget sebesar 5-10% dari traditional marketing.
Berapa Budget yang Diperlukan untuk Paid Marketing?
Budget yang tepat untuk paid digital ads sangatlah bervariasi, dimulai dari skala & jumlah orang yang ingin Anda jangkau. Sebagai contoh: budget yang perlu Anda keluarkan untuk target audience sebesar 10 juta orang tentunya jauh lebih besar dibanding target audience sebesar 100 ribu orang.
Mitos #3 – SEO adalah One-Time Project
Seringkali kami bertemu dengan klien yang berpendapat bahwa SEO cukup dilakukan di satu periode saja. Pemahaman seperti ini tidaklah benar karena seperti digital marketing channel lainnya, SEO melibatkan testing dan bahkan menyusun ulang strategy yang tepat!
Selain itu, SEO sendiri adalah hal yang dinamis karena algoritma Search Engine sendiri pun terus di-update secara berkala. Cara yang efektif hari ini belum tentu dapat digunakan di kemudian hari dan menyebabkan para praktisi SEO harus up to date dan membuat strategy sesuai dengan perkembangan algoritma dari waktu ke waktu.
Mitos #4 – Social Media Hanya Efektif Bagi Beberapa Industri
Social Media dapat menjadi marketing channel yang efektif bagi semua industri jika dikelola secara tepat.
Pertama-tama, tentukanlah social media platform yang paling tepat untuk bisnis Anda; jangan habiskan tenaga dan budget di platform yang salah!
Sebagai contoh, bisnis B2B sebaiknya menggunakan LinkedIn, Twitter, dan Facebook; sedangkan bisnis B2C seperti retail dan fashion lebih efektif menggunakan Instagram dan Pinterest.
Mitos #5 – Social Media Followers adalah Penentu Kesuksesan Brand
Meskipun memiliki followers, reach, dan impression yang banyak adalah hal yang menyenangkan, hal ini bukanlah KPI yang harus Anda lihat dan pertimbangkan. Angka-angka tersebut bisa saja tinggi, namun apakah arti dari KPI tersebut untuk bisnis Anda?
Buatlah strategy dan content planning yang sesuai dengan business objective Anda agar tidak membuang waktu, tenaga, dan uang saat menggunakan Social Media sebagai salah satu platform digital marketing Anda.
Selain 5 mitos digital marketing di atas, masih banyak sekali mitos di luar sana. Namun inilah yang paling sering kami dengar dari para klien.
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Copy Link
Demikian artikel tentang Mitos Digital Marketing Yang Sering Ditemui. Apabila anda membutuhkan layana digital marketing, anda dapat menghubungi Difitech. Kami juga menawarkan paket promo digital marketing yang cocok dengan berbagai jenis skala bisnis.