Mengapa Multi-Platform Jadi Kunci di 2025
Perilaku belanja online saat ini tidak lagi linear.
Calon pembeli bisa:
- Lihat video produk di TikTok,
- Klik iklan retarget di Instagram,
- Cari review di Google,
- Akhirnya checkout di website atau marketplace.
📊 Data Google Business (2024): 72% konsumen menggunakan lebih dari 3 platform sebelum memutuskan membeli.
📊 DIFITECH Benchmark: Klien yang menjalankan iklan terintegrasi di Google + Meta + TikTok memiliki ROAS rata-rata 1,8x lebih tinggi dibanding yang hanya memakai satu platform.
Kesimpulan: Mengandalkan satu kanal adalah resep instabilitas. Perubahan algoritma atau kenaikan CPM di satu platform bisa langsung menghantam penjualan. Strategi multi-platform menjaga arus traffic & konversi tetap stabil.

1. Why: Perilaku Omnichannel & Kombinasi Intent-Push
Omnichannel Buyer Journey
- Push channel (Meta & TikTok Ads) → Menarik perhatian saat user belum aktif mencari.
- Pull channel (Google Search Ads) → Menangkap orang yang sudah punya niat beli.
💡 Insight DIFITECH: Iklan berbasis intent (Google Search) bisa mempercepat closing setelah audiens terpapar beberapa kali oleh iklan sosial.
Contoh funnel natural yang sering terjadi:
- Lihat video di TikTok.
- Mampir ke Instagram brand.
- Cari “nama produk” di Google.
- Klik iklan search → checkout.
2. Funnel Terintegrasi: Role Setiap Platform
a. Google Ads – “Menangkap Intent”
- Cocok untuk: orang yang sudah mencari produk atau brand.
- Format kunci: Search Ads (keyword brand & non-brand), Shopping Ads.
- Tujuan: konversi cepat, CPA efisien.
b. Meta Ads (FB & IG) – “Demand Generation + Retargeting”
- Cocok untuk: membangun awareness & mempertahankan top-of-mind.
- Format kunci: Video Ads, Carousel, Advantage+ Shopping Campaign.
- Tujuan: mendorong minat & menjaga audiens hangat.
c. TikTok Ads – “Trigger Impulse + Storytelling Cepat”
- Cocok untuk: produk yang visual, tren-friendly, dan bisa dijelaskan dalam <30 detik.
- Format kunci: In-Feed Ads, Spark Ads, TikTok LIVE Shopping.
- Tujuan: menciptakan hype & memicu pencarian/klik awal.
📌 Mindset: Google Ads menangkap orang yang mencari, Meta & TikTok mendorong orang agar mencari.
3. Menyatukan Pesan, Memvariasikan Kreatif
a. Pesan Konsisten
- Pastikan USP (Unique Selling Proposition) dan penawaran inti sama di semua platform.
- Gunakan warna, logo, dan gaya bahasa yang konsisten.
Contoh: Jika Anda menjual serum wajah:
- Tagline sama di semua platform: “Kulit cerah dalam 7 hari tanpa iritasi”.
- Harga promo sama di Google, Meta, TikTok.
b. Variasi Kreatif per Platform
- TikTok: gaya user-generated content (UGC), cepat, natural.
- Meta: visual rapi, storytelling + CTA jelas.
- Google: judul padat, keyword relevan, deskripsi fokus benefit.
💡 DIFITECH Tip: Pesan konsisten → branding kuat. Variasi kreatif → CTR tinggi.
4. Retarget Silang (Cross-Platform Retargeting)
Tujuan: memanfaatkan data dari satu platform untuk memicu aksi di platform lain.
Contoh skenario:
- Video viewers di TikTok → disasar iklan brand search di Google.
- Website visitors dari Google Ads → disasar retarget di Instagram.
- Add to cart di Meta Ads → disasar reminder video di TikTok.
📊 Data Google Business: Cross-platform exposure bisa meningkatkan brand consideration lift hingga 29%.
💡 DIFITECH Insight: Salah satu klien F&B mendapatkan +17% ROAS setelah menerapkan retarget silang, tanpa menambah budget total.
5. Mengalokasikan Budget Lintas Kanal
Tidak ada formula baku, tapi framework awal DIFITECH:
- 40% Google Ads (menangkap intent → konversi cepat).
- 35% Meta Ads (awareness + retarget).
- 25% TikTok Ads (demand generation + trigger viral).
📌 Evaluasi mingguan: pindahkan budget dari platform dengan CPR (Cost per Result) tinggi ke yang ROAS lebih baik.
6. Monitoring dengan Dashboard Lintas Kanal
Masalah umum multi-platform = data terpisah.
Solusi: buat dashboard sederhana di Google Sheets.
a. Data yang harus ditarik:
- Spend (Google, Meta, TikTok).
- Klik, CTR, CPM, CPA, ROAS.
- Revenue dari tiap kanal.
b. Update mingguan:
- Bandingkan performa antar-platform.
- Lihat tren CPC, CPM, CTR.
- Geser budget sesuai hasil.
💡 DIFITECH Expert Tip: Gunakan kode promo unik per platform untuk tracking penjualan offline atau dari marketplace.
7. Studi Kasus DIFITECH – Brand Fashion
Masalah: Penjualan fluktuatif saat hanya bergantung pada Meta Ads.
Langkah:
- Tambah Google Search Ads (keyword brand + kategori).
- Jalankan TikTok Ads untuk produk best-seller.
- Sinkronkan pesan & promo di semua platform.
- Retarget silang TikTok viewers → Google Search.
Hasil 3 bulan:
- ROAS naik dari 2,1x → 3,2x.
- CPM stabil meski ada kenaikan di Meta.
- Penjualan lebih konsisten di setiap minggu.
8. Checklist Eksekusi Multi-Platform DIFITECH
✅ Tentukan peran masing-masing platform di funnel.
✅ Samakan pesan inti & branding di semua kanal.
✅ Variasikan format kreatif sesuai karakter platform.
✅ Terapkan retarget silang untuk memaksimalkan data.
✅ Gunakan dashboard gabungan untuk keputusan mingguan.
Penutup yang Powerful
Strategi iklan multi-platform bukan sekadar “pasang iklan di banyak tempat.” Ini adalah orkestrasi: setiap kanal punya peran, setiap pesan sinkron, setiap data dimanfaatkan untuk memicu aksi di tempat lain.
Dengan pendekatan ini, brand Anda:
- Tidak bergantung pada satu platform.
- Lebih tahan terhadap fluktuasi biaya iklan.
- Mendapat aliran penjualan yang konsisten.
🚀 Framework DIFITECH terbukti memberi ROAS lebih stabil dan peluang scaling lebih besar.
Jika ingin mulai, kuncinya sederhana: sinkronkan pesan, kelola budget lintas kanal, manfaatkan data silang.





