Saat bisnis berkembang, kebutuhan pemasaran digital juga ikut membesar. Di titik ini, pemilik bisnis sering dihadapkan pada dilema:
βLebih baik bentuk tim in-house atau bekerja sama dengan digital marketing agency?β
Keduanya punya kelebihan dan kekurangan. Yang terpenting adalah mana yang paling efisien untuk stage bisnis saat ini.
Artikel ini akan membahas perbandingan lengkap dari sisi biaya, kecepatan eksekusi, hingga risiko yang perlu dipertimbangkan.
Mengenal Opsi: In-House Marketing vs Digital Marketing Agency
Apa itu In-House Team?
Tim pemasaran yang bekerja penuh untuk bisnis Anda di internal perusahaan.
Biasanya terdiri dari:
- Digital strategist
- Media buyer
- Designer
- Content creator
- Web developer
- Analis data
Apa itu Digital Marketing Agency?
Partner eksternal yang membantu mengelola pemasaran digital dengan resource, tools, dan pengalaman yang sudah lengkap.
Agency siap menjalankan berbagai channel:
- Meta Ads, Google Ads, TikTok Ads
- SEO & content
- Landing page & automations
Perbandingan Biaya yang Nyata
π° Biaya In-House Team
Anda harus menanggung:
β
Gaji setiap bulan
β
THR, BPJS, dan benefit lain
β
Tools premium (Ahrefs, Data Studio, Ads Report, dsb.)
β
Training & pengembangan skill
Berikut gambaran biaya rata-rata per bulan di Indonesia:
| Posisi | Gaji Rata-rata |
| Media Buyer | Rp 8β20 juta |
| Content Creator | Rp 6β12 juta |
| Designer | Rp 6β15 juta |
| Web Dev | Rp 8β20 juta |
| Strategist | Rp 12β30 juta |
Total minimal: Rp 40β80 juta/bulan
Belum termasuk tools + training β bisa tembus Rp 100 juta/bulan.
π³ Biaya Digital Marketing Agency
Biasanya berbentuk:
- Retainer bulanan
- Fee iklan
- Paket project-based tertentu
Range biaya untuk UMKM:
π Rp 7β30 juta/bulan + ads budget
Jauh lebih efisien di awal, karena semua skill sudah tersedia.
Kecepatan Eksekusi & Kualitas Skill
| Faktor | In-House | Agency |
| Kecepatan scale-up | β Terbatas resource | β Resource tersedia |
| Inovasi & best practice | β Butuh waktu belajar | β Sudah teruji di banyak klien |
| Tools marketing premium | β Biaya besar | β Sudah disiapkan agency |
| Sudut pandang strategi | β Bisa bias internal | β Perspektif objektif |
Agency unggul pada skill, pengalaman, dan kecepatan.
Kontrol & Fleksibilitas
| Aspek | In-House Advantage |
| Komunikasi lebih cepat | |
| Lebih memahami karakter brand | |
| Bisa langsung koordinasi tanpa menunggu |
Namun fleksibilitas untuk scale tim terbatas.
Sementara agency bisa:
β
tambah tim kapan saja
β
menyediakan spesialis tanpa rekrut banyak orang
β
mengisi skill yang belum ada di internal
Risiko & Tantangan
Tantangan In-House
- Tingginya turnover tim
- Rekrutmen lama & mahal
- Skill bisa stagnan
- Ketergantungan pada 1β2 orang kunci
Tantangan Agency
- Harus pandai memilih yang tepat
- Perlu komunikasi yang efektif
- Perlu onboarding sistematis
Intinya: pemilihan partner sangat berpengaruh.
Mana yang Tepat untuk Stage Bisnis Anda?
| Kondisi Bisnis | Rekomendasi |
| Baru mulai digital marketing | β Agency |
| Butuh growth cepat | β Agency |
| Butuh kendali penuh internal | β In-house |
| Sudah ada marketing dasar dan ingin scale | β Hybrid: In-House + Agency |
Strategi terbaik untuk banyak brand saat ini adalah hybrid collaboration:
Tim internal pegang branding β agency fokus pada growth & iklan.
Kesimpulan
Tidak ada jawaban mutlak mana yang lebih baik. Yang lebih penting: kebutuhan bisnis saat ini.
In-House cocok jika:
β
resource besar
β
kontrol internal tinggi penting
Agency cocok jika:
β
ingin cepat scale
β
butuh banyak skill sekaligus
β
ingin efisiensi biaya
Yang pasti: kesalahan memilih model bisa berakibat biaya lebih besar & hasil terlambat.





