DIFITECH – Digital Marketing Agency

Cara Menilai Portofolio & Studi Kasus Agency Agar Tidak Tertipu

cara menilai portofolio

Banyak digital marketing agency mengaku “berpengalaman” dan “bisa mendongkrak penjualan”. Tapi bagaimana memastikan klaim tersebut benar-benar terbukti secara data?

Karena sayangnya, tidak sedikit agency yang sekadar menunjukkan:

❌ angka bombastis
❌ grafik impresif tanpa konteks
❌ klaim hasil tanpa bukti bahwa itu milik mereka

Agar tidak salah pilih partner, berikut panduan lengkap cara menilai portofolio dan studi kasus agency dengan objektif dan terukur.

Kenapa Portofolio & Studi Kasus Penting?

Portofolio adalah cerminan:

✅ kemampuan strategi
✅ kualitas eksekusi
✅ dampak bisnis nyata

Sementara studi kasus menunjukkan:
📌 bagaimana agency mencapai hasil tersebut

Portofolio yang kuat bukan sekadar tampilan “cantik”, tapi menunjukkan problem solving dan measurable results.

Ciri Portofolio Digital Marketing Agency yang Kredibel

Berikut checklist yang perlu kamu cek:

✅ 1️⃣ Riset dan Tantangan Nyata di Awal

Sebuah case study yang kredibel harus mencakup:

  • Masalah awal bisnis

  • Target KPI yang ingin dicapai

  • Keterbatasan anggaran, data, atau market

Jika “masalah” tidak disebutkan → hati-hati.
Itu bisa hanya konten pemasaran belaka.

✅ 2️⃣ Ada Angka yang Bisa Diverifikasi

Data harus jelas konteksnya:

  • ROAS naik berapa persen?

  • Leads berkualitas, bukan hanya banyak?

  • Sales contribution jelas

Berhati-hatilah dengan angka seperti:

“Views naik 10.000%”

Tanpa konteks → engagement bisa, penjualan belum tentu.

✅ 3️⃣ Fokus pada Dampak Bisnis, Bukan Vanity Metrics

Vanity metrics = indah dilihat, tidak ada pengaruh ke omzet, contohnya:

  • Followers naik

  • Likes banyak

  • View video tinggi

Lebih penting:

  • CPL turun

  • CVR meningkat

  • Revenue naik

  • Lead closing rate membaik

✅ 4️⃣ Ada Durasi Pencapaian yang Transparan

Contoh perbedaan:

Klaim Buruk Klaim Baik
“Penjualan naik!” “Dalam 3 bulan, sales naik 45% dengan budget Rp XX juta”

📌 Timeline menunjukkan bahwa strategi mereka repeatable, bukan kebetulan.

✅ 5️⃣ Bisa Menyebut Nama Klien (atau setidaknya kategori jelas)

Idealnya:

  • Logo klien ditampilkan

  • Ada izin publikasi

  • Ada kontak klien yang bisa dihubungi (opsional)

Jika semua brand disensor tanpa alasan jelas → patut dicurigai.

Red Flags yang Harus Kamu Hindari

Jika menemukan agency dengan ciri berikut, sebaiknya pertimbangkan ulang:

🚫 Hanya menampilkan template desain tanpa hasil iklan
🚫 Angka hasil tanpa membahas strategi & eksekusi
🚫 Tidak ada konteks industri & model bisnis klien
🚫 Semua case terlihat “sempurna” tanpa tantangan
🚫 Tidak bisa menjelaskan proses jika ditanya

Case study yang jujur selalu punya tantangan — dan solusi nyata.

Tips Interview: Ajukan Pertanyaan Ini

Gunakan daftar pertanyaan berikut saat meeting pertama:

✅ “Bagaimana Anda menentukan target KPI dari awal?”
✅ “Bagaimana strategi Anda mengubah data menjadi keputusan?”
✅ “Apakah Anda bisa menunjukkan perubahan performa sebelum vs sesudah?”
✅ “Apa pelajaran terbesar dari proyek ini?”

Bukan hanya jawaban —
Cara mereka berpikir dan menjelaskan adalah indikator kualitas terbesar.

Studi Kasus vs Janji Berlebihan

Studi Kasus Profesional Klaim Berlebihan
Realistis & berbasis data Terlalu manis & tidak logis
Jelaskan tantangan Hanya hasil akhir
Ada proses Tidak ada insight
Ada timeline Tidak jelas waktu pencapaian
Cocokkan strategi dengan industri “Formula sakti” untuk semua bisnis

Jika terdengar seperti keajaiban instan
Itu bukan marketing yang sehat.

Kesimpulan

Portofolio agency adalah alat seleksi penting untuk memastikan bahwa:

✅ mereka pernah menyelesaikan masalah yang mirip dengan bisnis Anda
✅ mereka mampu mengubah data menjadi pertumbuhan nyata
✅ mereka tidak hanya bicara hasil, tapi paham cara mencapainya

Memilih agency bukan sekadar soal harga — tapi soal partner pertumbuhan bisnis yang bisa dipercaya.

Baca Juga :  Algoritma Instagram 2022 yang Wajib Diketahui
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp